“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan Memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,”aka
berdirilah, niscaya Allah akan Mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha
Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah : 11)
Dalam tafsir Ibnu Abbas menjelaskan bahwa turunnya ayat ini
berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammas yang kisahnya terdapat dalam surah
al-Hujurāt. Ada yang berpendapat, ayat ini diturunkan berhubungan dengan
beberapa orang ahli Badr (shahabat yang ikut serta dalam perang Badr), di
antaranya Tsabit bin Qais bin Syamms yang datang menemui Nabi saw. ketika
beliau sedang duduk di rumah Shafiyyah pada hari Jum‘at. Tetapi para ahli Badr
itu tidak mendapatkan tempat duduk, hingga akhirnya mereka berdiri di depan
majelis. Melihat hal itu, Nabi saw. berkata kepada orang-orang yang bukan ahli
Badr, hai fulan, pindahlah dari tempatmu agar para ahli Badr itu bisa duduk.
Nabi saw. sangat memuliakan ahli Badar. Nabi saw. pun mengetahui kalau
orang-orang yang disuruhnya pindah itu merasa tidak senang. Sekaitan dengan
kejadian itulah Allah Ta‘ala Menurunkan ayat tersebut.
Orang-orang yang dianugerahi iman dan ilmu mendapatkan beberapa
keutamaan di dalam surga mengungguli derajat orang-orang yang diberi iman tanpa
ilmu. Sebab seorang mukmin yang berilmu lebih utama daripada orang mukmin yang
tak berilmu. Karna Allah mengetahui apa yang kita perbuat, yakni kebaikan dan
keburukan yang kita lakukan.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami Buat untuk manusia; dan
tidak ada yang akan memahaminya kecuali mereka yang berilmu.” (QS Al
Ankabut : 43)
Allah sangat mengistimewakan orang-orang yang beriman dan berilmu
dibandingkan dengan orang-orang yang beriman dan tidak berilmu, bahkan dalam
ayat di atas Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan
berilmu dibandingkan dengan orang-orang yang beriman dan tidak berilmu.
Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap mukmin. Terutama ilmu
agama. Seperti yang dikatakan Ibnu Abbas “Jadilah kamu semua itu golongan
Rabbani, yaitu (golongn yang) penuh kjesabaran serta pandai dalm ilmu fiqih
(yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hokum-hukum agama) dan
mengerti. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud “Rabbani” ialah orang yang
mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil/ringan
sbelum memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar).
Tidak hanya sekedar menuntut ilmu, tetapi juga berkewajiban untuk
menyebarkan (mengamalkan) ilmu yang telah didapat. “Sampaikanlah dariku
walau satu ayat” (HR. Bukhari). “Kaki seorang hamba tidak akan bergeser
pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya dalam hal apa ia habiskan,
tentang ilmunya dalam hal apa ia kerjakan denganya, tentang hartanya dari mana
ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya dalam hal apa
ia gunakan” (HR. Tirmidzi). Bahkan dalam riwayat Thabrani dan Al
Bazzar menjelaskan bahwa : “….. dan tentang ilmunya apa yang
diamalkanya dari ilmu tersebut.”
Ada yang mengatakan bahwa ilmu tanpa amal adalah cacat. Ada juga
yang mengatakan ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah.
Artinya ilmu tersebut tidak akan berguna, tidak ada manfaatnya karena ilmu yang
dia peroleh/miliki hanya untuk dirinya sendiri dan tidak dibagikan kepada orang
lain, maka rasul sangat membenci seseorang yang mengetahui kebenaran (ilmu) sedang
itu sangat bermanfaat tetapi orang tersebut tidak mau mengamalkan atau bahkan
tidak mau berbagi dengan orang lain.
Pengetahuan (ilmu) yang kita peroleh harus kita manfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Tidak hanya untuk diri kita sendiri, melainkan untuk
orang-orang disekitar kita. Karena hakikatnya ilmu yang kita peroleh harus kita
amalkan. Bahkan setelah kita meninggal ada tiga hal yang tidak akan putus
pahalanya kepada kita, salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Bermanfaat
artinya untuk diri kita sendiri, dan orang-orang disekitar kita (mengamalkan).
Lalu bagaimana bila orang yang berilmu tetapi tidak mau mengamalkanya, apakah
pahalanya akan terus mengalir kepada orang tersebut ? tentu tidak ! karena ilmu
yang dimiliki tidak diamalkan, sedangkan syarat pahalanya akan terus mengalir
adalah ketika ilmu itu bermanfaat, yaitu bermanfaat untuk diri sendiri dan
orang lain. Maka tujuan dari mempelajari ilmu adalah untuk beramal dengan
sungguh-sungguh dalam menerapkanya. Allah menghendaki orang-orang yang berakal
dan bagi mereka kebaikan di dunia dan akhirat. Amin…
Maka dari itu ilmu harus amaliah. Artinya harus kita amalkan, harus
kita terapkan, harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya karenanya Allah akan
meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang
tidak berilmu. Dan kepadanya Allah akan memberikan baginya kebaikan di dunia
dan akhirat. Insya Allah.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti amal
adalah perbuatan (baik/buruk) yang dilakukan dengan tujuan untuk berbuat
kebaikan terhadap masyarakat atau sesame manusia. Sedangkan ilmiah yaitu
besifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) Ilmu
pengetahuan.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja dari mereka yang
benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan
menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al Baqarah : 62)
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu penghuni
surga, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah : 82)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi
Tuhanya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (QS
Al Baqarah : 277)
Dalam tafsir Ibnu Abbas menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang
yang beriman kepada Musa As dan semua Nabi, mereka akan mendapat pahala dari
Rabb mereka di dalam surga. Menurut satu pen dapat, mereka tidak akan merasa
takut menghadapi azab yang akan datang dan mereka tidak bersedih atas semua
yang mereka tinggalkan. Menurut yang lainya, mereka tidak merasa takut manakala
al-maut disembelih dan tidak pula mereka berduka manakala neraka ditutup. seseorang
yang beriman lalu beramal saleh, mereka adalah penghuni surga dan akan kekal di
dalamnya. Mereka tidak akan mati dan tidak akan keluar darinya.
Telah di jelaskan di atas bahwa ilmu harus amaliah dan amal harus
ilmiah. Artinya sebuah ilmu harus kita amalkan, harus kita terapkan, harus kita
manfaatkan dengan sebaiknya, agar ilmu tersebut bisa bermanfaat dan menjadi
ladang amal ketika kita kembali menghadap-Nya. Sedangkan amal itu harus ilmiah,
bersifat ilmu, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pe ngetahuan. Artinya amal yang
kita lakukan itu harus berdasarkan ilmu dan sesuai dengan kebenaran, mempunyai
dasar/landasan kenapa kita mengamalkan hal tersebut.
Di atas juga telah dijelaskan bahwa jika ilmu itu tanpa amal maka
cacat sedangkan amal tanpa ilmu itu buta. Tak salah jika ilmu itu tidak amalkan
maka tidak akan ada manfaatnya melainkan hanya untuk diri sendiri dan tidak
untuk orang lain. Sedangkan amal yang kita kerjakan tetapi tidak dilandaskan
pada ilmu pengetahuan atau dasar yang jelas, maka tidak akan berjalan seperti
apa yang telah dituntunkan oleh Rasulullah saw. Karena Rasul adalah
sebaik-baiknya suri tauladan bagi kita, maka apa yang telah beliau contohkan
mari kita kerjakan dengan sebenar-benarnya dan apa yang telah beliau contohnkan
lebih baik ditinggalkan.
Karena dalam hal ilmu agama jelas bahwa imu Rasul telah sempurna.
Artinya pas, tidak kurang atau lebih. Jika memang itu penting dan harus
dikerjakan oleh umat manusia sudah jelas beliau akan mengajarkan kepada kita,
tetapi kalau hal tersebut tidak harus dikerjakan oleh umat manusia sudah pasti
beliau tidak akan mengajarkanya kepada kita. “Pada hari ini telah
kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan
telah Ku-ridhai islam jadi agama bagimu” .(Al Maidah : 3)
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah nikmat terbesar dari berbagai
nikmat yang Allah berikan kepada umat ini. Yaitu Allah telah menyempurnakan utk
mereka agama mereka, sehingga mereka tak membutuhkan agama yang lain & juga
tak membutuhkan nabi selain nabi mereka, Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa
sallam. Oleh karena itulah, Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi
& menjadikannya pula sebagai nabi yang diutus kepada seluruh manusia &
jin. Maka tak ada yang halal melainkan apa yang dihalalkannya & tak ada
yang haram selain apa yang diharamkannya serta tak ada agama yang benar kecuali
agama yang disyari’atkannya.”
Imam Malik bin Anas berkata, “Barangsiapa yang mengadakan suatu
bid’ah dalam Islam yang ia pandang hal itu baik (bid’ah hasanah), maka sungguh
dia telah menuduh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhianati
risalah agama ini. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama-mu untukmu…” (Imam Malik rahimahullah
selanjutnya berkata), “Maka sesuatu yang pada hari itu bukanlah ajaran agama,
maka hari ini pun sesuatu itu bukanlah ajaran agama”.
Maka dari itu kita sebagai umat manusia sudah selayaknya
mengamalkan ilmu yang kita miliki serta sesuai dengan tuntutan Rasulullah saw,
sesuai dengan apa yang telah beliau ajarkan, karena sebaik-baiknya kebaikan
adalah apa yang telah beliau contohkan, begitu juga sebaliknya. Dan semoga kita
termasuk orang-orang yang mencontoh beliau, baik dalam perbuatan dan perkataan.
Karena perkataan, perbuatan bahkan diamnya beliau adalah sebuah kebaikan.
Mudah-mudahan kita juga mengakui beliau sebagai Nabi dan Rasul kita, tidak
hanya itu semoga kita diakui beliau sebagai umatnya serta mendapatkan
syafaatnya di hari akhir nanti. Amin…
Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) adalah slogan
yang tidak hanya slogan akan tetapi sudah seharusnya kita laksanakan. Jangan
lupakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, karena hal tersebut merupakan arah pergerakan
dari persyarikatan. Janganlah mengejar duniawi akrna ada kehidupan yang kekal
setelahnya. Janganlah mencari pujian dari manusia karna ada hal yang lebih
penting yaitu mengejar Ridho-Nya. Sesuatu hal yang kita kerjakan sesuai dengan
syariat dan ikhlas karna mengharap Ridho-Nya, Insya Allah akan mendapat balasan
yang belipat ganda dari-Nya pula. Semoga kita termasuk umat manusia yang
mendapatkan kenikmatan di dunia dan akhirat. Amin Ya Rabb